![]() |
| Pak Boed Saja |
Jika saja jarum waktu mampu kita putar di tahun 80-an, mungkin saja untuk memberantas korupsi lebih gampang. Tahun tahun sekitar itu merupakan tahun-tahun yang romantis untuk bertumbuhnya akal sehat dan nalar yang logis. Tahun dimana rakyat Indonesia belum disuntik dengan paradigma konsumerisme. Sebuah pengrusakan akal sehat dan harapan rakyat yang dilambungkan sedemikian rupa setinggi-tingginya dan untuk kemudian dihempaskan begitu rupa kebumi manakala target eksploitasi pundi-pundi sumberdaya tidak efektif.
Era ekonomi informasi yang ditandai dengan hadirnya media komunikasi maya menghadirkan seonggok harapan, keinginan, dan kebutuhan. Sudah tidak bisa lagi bicara receh. Recehnya rakyat kecil tidak lagi mampu memenuhi barang-barang dan fasilitas yang ditawarkan dengan sangat menarik oleh pemilik modal. Smartphone, smart televisi, smart laptop. Apa sih sekarang yang nggak ngaku smart ? Dan yang smart-smart ini harus ditebus dengan uang yang tidak sedikit. Bisa jadi rakyat hutang menggadaikan tanah untuk beli smartphone. Yang punya jabatan tentunya menggadaikan integritasnya dengan menghianati rakyat demi untuk mendapatkan sebuah alat tukar pembayaran. Sebuah perpaduan sempurna antara tragedi dan dan komedi. Itu baru sekedar benda. Kenyataanya yang non kebendaan tebusanya jauh lebih mahal.
Hadirnya internet yang membangun koneksi tanpa batas (borderless), no barrier, menjadikan seolah-olah otak dan pikiran selalu dijejali dengan keinginan ini dan itu. Sehingga seberapapun uang, sejuta, seratus juta, semilyar atau setrilliun sekalipun dalam konteks hari ini boleh dikatakan tidak akan mampu memenuhi segala kerakusan duniawi akan barang-barang konsumsi. Keinginan memperoleh produk jasa tersier yang sangat jauh dari fungsi dan kemanfaatan dan lebih pada prestise menjadikan rakyat begitu panjang angan-angan.
Itulah sebabnya korupsi menjadi sedemikan kokoh bercokol dalam ruang bernegara kita, dan menjadi sebuah monster absurd yang akan memakan apapun karena kerakusan demi memenui harapan, keinginan yang sudah sedemikian overdosis disuntikan oleh teknologi informasi.





































